Selasa, 04 November 2014

Catatan Dahlan Iskan tentang Neoalgae Spirulina

Dua bulan lalu, ketika saya bermalam di satu desa di pinggir hutan di pedalaman Wonogiri, Jawa Tengah, Mahmud nguber saya sampai ke desa itu. Senja amat mendung. Hujan renyai-renyai tidak kunjung berhenti. Di suasana senja yang dingin itu, Mahmud menyusul saya ke masjid desa. Meski langit sudah gelap, saat magrib ternyata masih lama. Mahmud membuka laptopnya. Dengan berapi-api dia mendesak saya. “Pemerintah harus turun tangan. Jangan mengabaikan penemuan saya ini,” katanya.
Saya dengarkan terus penjelasannya yang bertubi-tubi itu. Ditonton orang-orang desa yang siap-siap berjamaah Magrib. Di mata yang mendengarkan penjelasan itu, pemerintah terkesan jelek sekali. Tidak membantu dan mengakomodasi penemuan seperti ini. “Ini sangat menguntungkan, Pak Dahlan,” ujarnya. “Ayo, BUMN bantu dengan CSR-nya,” tambah dia. Rupanya, Mahmud baru menemukan rumus mengembangkan alga (algae) air tawar. Itulah produk yang disebut spirulina. Selama ini memang sudah banyak beredar di pasar produk spirulina. Tapi spirulina hasil dari alga air asin (air laut).
Produk ini terkenal terutama karena agresifnya sistem pemasaran multilevel marketing (MLM). Mahal tapi laris. Khasiat spirulina yang tinggi membuat impor spirulina luar biasa besarnya. “Saya berhasil mengembangkan algae air tawar,” katanya. “Dengan demikian, spirulina dari algae yang saya kembangkan ini bebas logam berat, arsen, dan tidak bau amis,” tambahnya. “Ini pertama di Indonesia,” kata Mahmud bersemangat.
Di dalam masjid di desa pinggir hutan itu, sambil menunggu datangnya magrib, Mahmud saya ajak hitung-hitungan. Saya cecar dia dengan pertanyaan-pertanyaan: harga benih, modal bikin kolam, harga jual, tingkat persaingan, risiko gagal, dan seterusnya. Mahmud bisa menjawab dengan tangkas. Akhirnya saya berkesimpulan: penemuan ini memang sangat baik. Juga sangat menguntungkan. Satu hektare sawah bisa menghasilkan Rp 300 juta. Bandingkan dengan tanam padi yang menghasilkan sekitar Rp 50 juta.
“Kalau begitu, berhentilah Anda menyalah-nyalahkan pemerintah,” kata saya. “Berhentilah berpikir ngemis-ngemis cari bantuan,” kata saya lagi. “Ini bisnis yang bagus. Lakukan sendiri. Jangan cengeng. Kalau Anda minta pemerintah ikut campur, bisa-bisa tambah ruwet,” tegas saya. Alhamdulillah, Mahmud bisa menerima penjelasan saya. Dia tidak akan menyalah-nyalahkan orang. Juga tidak akan mengemis-ngemis. Dia akan terjun ke bisnis dengan basis penemuannya itu. “Go!” kata saya dengan bangga kepada anak muda ini. Saya pun berjanji mengunjunginya kalau dia sudah menjalankan bisnisnya itu.
Dahlan Iskan dan Neoalgae Spirulina
Dahlan Iskan berkunjung ke Sukoharjo
Minggu lalu saya memenuhi janji itu. Saya ke desanya, Tawangsari, Sukoharjo, di selatan Solo. Tanpa memberi tahu lebih dulu. Matahari bersinar terik. Saya lewati pabrik tekstil terkenal itu: Sritex. Masih terus ke selatan. Desa ini bukan desa miskin. Rumah-rumahnya bagus. Tidak sulit mencari rumahnya. Bapaknya ternyata orang terkenal: politikus PAN yang sedang nyaleg. Juga tergolong kaya untuk ukuran desa itu. Saya lega. Mahmud pasti punya modal untuk mengembangkan alga air tawarnya. Ternyata benar. Mahmud sudah punya tiga kolam kecil. Bahkan sudah berhasil panen alga air tawar beberapa kali.
Alga ini memang bisa dipanen tiap empat hari. Alga itu dia saring, dia keringkan, dan dia bikin tepung. Dengan alat-alat sederhana. Lalu dia masukkan ke saset-saset. Siap dijual. Bersaing dengan spirulina impor. Saya sangat gembira. Mahmud benar-benar anak muda yang gigih. Saya membeli sepuluh saset hari itu. Salah satunya saya buka, saya buang labelnya, saya masukkan plastik tanpa identitas. Sampai Jakarta, “tepung tanpa identitas” itu saya kirim ke laboratorium Kimia Farma untuk diteliti. Saya tidak memberi tahu asal usul dan nama tepung itu. Hasil uji lab itu mengatakan bahwa tepung tersebut adalah spirulina, namun tidak mengandung logam berat, arsen, dan NACL. Juga tidak ada kandungan bahan kimia. Sejak itu saya minum spirulina made in Sukoharjo tersebut, tiap hari.
Mahmud juga sudah mendirikan perusahaan. Namanya CV Neoalgae Technology. Sebagai lulusan Teknik Kimia Undip, dia tidak sulit melakukan penelitian-penelitian untuk membiakkan alga itu. Kini Mahmud akan memperbesar kolam-kolam alganya. Tidak lagi hanya tiga kolam di sebelah rumahnya. Dia sudah mulai mengerjakan sawah 1 hektare agak jauh dari rumahnya untuk diubah jadi kolam alga air tawar. “Saya kewalahan. Pesanan spirulina melebihi produksi saya,” ujarnya. “Terutama dari perusahaan-perusahaan obat herbal,” tambahnya. Tentu saya berdoa agar Mahmud jadi pengusaha muda yang sukses besar. Dia layak untuk itu. Kita berharap Indonesia tidak perlu lagi impor spirulina. Mahmud juga tidak keberatan ada anak muda lain yang mengikuti jejaknya.
(sumber : detik.com )
Dan sampai saat ini Pak Dahlan Iskan masih rutin mengkonsumsi neoalgae spirulina setiap harinya.
Resi dahlan iskan neoalgae spirulina
Bukti pengiriman Neoalgae Spirulina ke Dahlan Iskan

Pak Dahlan Iskan saja sudah mengkonsumsi Neoalgae setiap hari, Bagaimana dengan kita ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar