Spirulina adalah alga hijau-biru yang berukuran mikroskopis dalam bentuk sebuah kumparan spiral, hidup baik di laut maupun di air tawar. Spirulina adalah nama umum untuk makanan manusia dan hewan yang dihasilkan terutama dari dua spesies cyanobacteria: platensis Arthrospira, dan maxima Arthrospira. Meskipun disebut sebagai ‘ganggang’ karena mereka adalah organisme air yang mampu berfotosintesis, cyanobacteria tidak terkait dengan salah satu dari berbagai ganggang eukariotik.
Alga ini banyak terdapat di benua Amerika dan Afrika. Sejak 400 tahun yang lalu, tanaman ini merupakan makanan tradisional suku Aztec dan Maya di semenanjung Yucatan, Meksiko.
Spirulina
mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
terutama Makronutrien seperti protein, asam amino esensial dan non
esensial, Mikronitrien seperti vitamin A, Mineral, dan Phytonutrien.
Di tengah maraknya penggunaan bahan
alam, spirulina salah satu pilihan untuk pengobatan penyakit maut.
Sebetulnya spirulina bukan barang baru di dunia pengobatan. Sejak 400
tahun lampau, herbal itu merupakan makanan tradisional suku Aztek dan
Maya di semenanjung Yucatan, Meksiko. Wajar jika keamanan mengkonsumsi
spirulina terjamin. Pun bagi anak-anak dan perempuan hamil. “Spirulina
makanan yang mempunyai sejarah panjang dari segi keamanannya. Namun,
mutunya tergantung tempat tumbuh. Spirulina tercemar tentu berbahaya,”
ujar Prof Dr Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor. Dosis
anjuran 1-5 gram per hari. Efek samping bila berlebih? “Karena berfungsi
sebagai makanan, tak ada efek samping yang membahayakan, walau
diberikan dalam dosis tinggi,” katanya. Kini popularitas tumbuhan bersel
satu itu melambung. Banyak dokter di Indonesia yang menyarankan-jika
tak boleh disebut meresepkan-tanaman obat itu. Spirulina merupakan
ganggang hijau-biru berukuran amat mini, 1 mm. Sebutan spirulina mengacu
pada bentuknya yang spiral. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset
Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi, terdapat banyak spesies
spirulina yang hidup di air laut, payau, dan tawar. Spirulina yang
hidup di laut mampu tumbuh pada kedalaman hingga 600 m. Dibandingkan
dengan sinar matahari yang diterima tumbuhan darat, intensitas sinar
matahari yang menembus air dan diterima spirulina jauh lebih sedikit.
“Kalau makhluk bisa hidup dengan sumber energi amat minim, maka ia
mempunyai kemampuan hidup yang kuat. Ia mempunyai cadangan energi
tinggi. Oleh karena itu spirulina banyak dimanfaatkan untuk
mengembalikan kesehatan,” ujar Wahyu Suprapto, herbalis di Batu, Jawa
Timur.
TERLENGKAP
Spirulina
itulah yang kini banyak diharapkan mencegah dan menyembuhkan beragam
penyakit maut. Bagaimana duduk perkara tumbuhan itu mampu menjadi
panasea-obat mujarab beragam penyakit? Ketika diwawancarai Trubus, Bob
Capelli, vice president Cyanotech-produsen terbesar spirulina di
dunia-mengungkapkan, “Spirulina pangan terbaik di antara pangan lain
karena mengandung nutrisi paling lengkap.”
Capelli
yang memproduksi 30 ton spirulina per bulan di Kailua, Hawaii, tak
berlebihan. Sekadar menyebut beberapa nutrisi spirulina adalah
betakaroten, zeasantin, dan pikosyanin. Kandungan ke-3 senyawa aktif
itu masing-masing 23.000 IU, 8 mg, dan 1.500 mg. Senyawa-senyawa itulah
yang berperan sebagai antioksidan sehingga meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. “Spirulina mempunyai kekayaan antioksidan yang luar
biasa untuk menetralisir radikal bebas,” ujar ahli herba alumnus
Rutgers Uniersity itu.
Menurut Dr
Komari MSc, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan, antioksidan memperkuat sistem imun. Sel imun terdiri atas sel
berukuran besar dan kecil. Peran antioksidan menjembatani kedua sel itu
sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi kuat. Itu persis hasil riset
Hayashi dari Fakultas Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical
University, Jepang.
Ia
membuktikan tingkat kekebalan tubuh mencit yang diberi Spirulina
platensis lebih tinggi. Musababnya produksi antibodi satwa pengerat itu
meningkat. Selain itu jumlah sel fagosit juga melambung.
MEMBANGUN SEL
Menurut
Dr Mangestuti Agil, farmakolog Universitas Airlangga, orang sakit
karena kekurangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk metabolisme sel.
“Kerja sel ngga benar sehingga terjadi ketidakseimbangan,” ujarnya.
Oleh karena itu setiap sel harus mendapat nutrisi yang lengkap agar
dapat bekerja dengan baik. Kata dr Oetjoeng Handajanto, ahli terapi
kolon, salah satu sumber nutrisi terbaik bagi sel adalah spirulina.
Kandungan
gizi spirulina lengkap dan mudah diserap tubuh sehingga melancarkan
pencernaan. Dengan kandungan gizi lengkap, tubuh memperbaiki sel-sel
rusak. Hal senada diungkapkan dr Zen Djaja MD, di Malang, Jawa Timur.
Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya itu
spirulina memulihkan penyakit degeneratif alias menurunnya
fungsi-fungsi sel.
“Protein yang
lengkap dengan asam amino esensial berfungsi membangun sel-sel tubuh.
Pada kasus stroke, spirulina membantu mengarahkan sel-sel otak sehingga
mencegah stroke ulangan sekaligus mendorong regenerasi sel,” katanya.
Namun, menurut Dr Komari tingginya kandungan protein pada
spirulina-mencapai 70%, tidak serta-merta meregenerasi sel. “Tergantung
bagaimana tubuh mencerna zat itu. Oleh tubuh protein bisa dicerna
menjadi asam amino, hormon, atau hanya menjadi energi. Protein adalah
salah satu sumber energi,” ujarnya.
Komari,
doktor gizi, mengatakan kelebihan lain spirulina adalah kandungan
vitamin A dan D sangat baik bagi kesehatan mata dan tulang. Kadar
vitamin K mencapai 2,5 kali lipat dari kebutuhan dan zat besi yang
memenuhi 80% kebutuhan tubuh melancarkan peredaran darah. Kandungan
kromium pada spirulina mencapai 21% dari kebutuhan tubuh juga baik bagi
penderita diabetes untuk merangsang kinerja pankreas memproduksi
insulin.
Masih ada faedah lain
spirulina. “Klorofil yang tinggi berguna sebagai detoksifi kasi atau
mengeluarkan racun termasuk radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas
memicu beragam penyakit seperti kanker,” ujar dr Maria Theresia Karnadi
di Cilandak, Jakarta Selatan. Spirulina juga kaya enzim superoksida
dismutase (SOD), mencapai 332-647. Peran SOD juga mengikat radikal
bebas.
Radikal bebas merupakan
atom yang tak memiliki pasangan sehingga reaktif merusak jaringan.
Disebut radikal bebas karena mempunyai kebebasan untuk melakukan
pengikatan-pengikatan dengan senyawa-senyawa sekitar. “Stres dan
pancaran sinar matahari menimbulkan radikal bebas,” ujar dr Oetjoeng
Handajanto lulusan Fakultas Kedokteran Universität Bochum Jerman. Nah,
SOD mampu mengikat radikal bebas sehingga menjadi sesuatu yang tidak
lagi mampu mengikat.
Singkat kata
thallophyta-tumbuhan tanpa akar, batang, dan daun sejati-itu mampu
mendongkrak kekebalan tubuh. “Jika daya tahan tubuh meningkat,
mengurangi serangan penyakit. Bila daya tahan tubuh rendah, sel darah
putih tak mampu melawan penyebab penyakit,” ujar dr Oetjoeng
Handajanto.
BANYAK CARA
Selain
bersifat preventif, spirulina pun dapat digunakan sebagai terapi
kuratif untuk mengatasi beragam penyakit. Menurut Yana Maolana Syah MS
PhD, peneliti bahan alam Institut Teknologi Bandung, spirulina
mempunyai komponen yang khas bernama oligosakarida. “Ternyata
oligosakarida menjadi antivirus, antitumor, dan mencegah penyebaran
kanker,” ujar doktor Kimia alumnus University of Western Australia itu.
Bagaimana
spirulina mengatasi sel kanker? Itu lantaran spirulina mampu
menghasilkan faktor alfa seperti disampaikan Ali Khomsan. Alfa zat
kimia yang tokcer menggempur sel tumor. Mekanisme lain, lantaran
tumbuhan itu mengandung polisakarida yang mampu memperbaiki sintesis
kode gen deoxynucleutide acid (DNA). Spirulina juga meningkatkan
aktivitas enzim inti sel sehingga membuat DNA dalam kondisi baik dan
sehat.
Dokter Oetjoeng menuturkan
pada kasus kanker, spirulina berperan mengatrol pH darah. Harap
mafhum, tingkat keasaman darah penderita kanker amat rendah 5,7-6,5.
Padahal, idealnya pH darah 7,3. “Bila pH darah turun terus, darah
kehabisan oksigen dan berakibat kematian,” ujar dokter berusia 55 tahun
itu. Spirulina dapat meningkatkan pH darah lantaran bersifat basa.
Sel
kanker memang dipicu oleh makanan yang bersifat asam seperti daging,
telur, dan soda. Konsumsi berlebihan makanan bersifat asam menyebabkan
oksigenasi darah menurun. Akibatnya, tubuh lemas, lesu, dan capai.
Tubuh cuma memerlukan makanan asam 20%; basa, 80%. Keistimewaan
spirulina tak cuma itu.
Dalam
khazanah pengobatan cina, hai zao alias spirulina segar bersifat dingin
dan asin. Bahan bersifat asin berfungsi melunakkan atau menghancurkan.
“Oleh karena itu bagus diberikan untuk penyakit yang mengalami
pembengkakan atau benjolan di tubuh, termasuk tumor dan kanker. Bengkak
itu biasanya panas sehingga diobati dengan bahan yang bersifat
dingin,” ujar William Aditeja, dokter alumnus Beijing University of
Traditional Chinese Medicine.
Menurut
Wahyu Suprapto, herbalis sekaligus dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, dalam pengobatan cina ada 2 gejala penyakit: yin
dan yang. Jika seseorang dalam kondisi yang diberi obat bersifat yang
dan kondisi yin diberi obat yin, justru makin sakit. “Spirulina itu
mempunyai karakteristik yin, jadi cocok untuk orang dengan gejala
yang,” ujarnya. Penyakit dengan gejala yang-cenderung ingin sesuatu
yang dingin-contohnya diabetes. Namun, ada pula kencing manis bertipe
yin ditandai dengan kerap berurine.
MAKANAN
Spirulina
kini banyak dikonsumsi dalam bentuk bubuk, cair, dan tablet. Itu hasil
olahan beberapa spesies spirulina yang telah diteliti khasiatnya oleh
berbagai perusahaan. Sekadar menyebut contoh PT Diamond Interest
merilis merek Spirulina, PT Elken Internasional Indonesia (Elken
Spirulina), PT K-Link Indonesia (Larutan Organik Spirulina), PT Luxor
Inma (Spirulina Pasifica), PT Pentamas Adhika Lestari (Spirumate), PT
Surya Pagoda Mas (Revita), dan PT Ultratrend Biotech (Spiruplus).
Hingga
saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan spirulina. Menurut
Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina, perairan Indonesia-tawar,
payau, dan laut-potensial untuk pengembangan ganggang hijau-biru.
Syaratnya antara lain pH 8, 5-11, bersih, dan bebas polusi. Lagi pula
tumbuhan itu amat adaptif di berbagai kondisi perairan.
Lokasi
budidaya spirulina umumnya di mancanegara seperti Amerika Serikat dan
Cina. Hasil panen berupa spirulina cair diolah dengan teknologi
pengeringan beku untuk mencegah oksidasi terhadap betakaroten dan asam
lemak lain. Bahan bubuk itulah yang diolah menjadi kapsul, serbuk, atau
cairan spirulina. Produk mereka itu kini merambah pasar dan menjadi
harapan kesembuhan bagi para pasien.
Memang
banyak bukti empiris khasiat spirulina mengatasi beragam penyakit.
Meski begitu, produsen dan para dokter tetap mengklaim spirulina bukan
obat, tapi makanan fungsional. “Spirulina memang tidak mengobati, tubuh
memperbaiki diri sendiri,” ujar dokter Oetjoeng. Ia menganalogikan
montir bila gagal menemukan onderdil, mobil tetap rusak dan tak dapat
berjalan. Onderdil bagi tubuh adalah makanan, spirulina “onderdil” yang
amat lengkap lantaran memberikan semua yang dibutuhkan tubuh.
Namun,
menurut dr Dadang Arief Primana SpKO, SpGK konsumsi suplemen tak perlu
bila makanan sehari-hari memenuhi kategori gizi seimbang sesuai
kebutuhan. “Zat-zat yang terkandung dalam spirulina sama dengan zat
dalam makanan lain,” ujar dokter spesialis gizi klinis itu. Pada
umumnya masyarakat mengkonsumsi spirulina ketika sakit mereka tak
kunjung sembuh, meski berbagai pengobatan ditempuh seperti dialami
Anthony Fu yang 4 tahun mengidap lupus. Sebulan setelah rutin
mengkonsumsi spirulina, kadar hemoglobin meningkat menjadi 13 gram per
dl dari sebelumnya 7 gram per dl.
Ahli
gizi seperti Prof Dr Ali Khomsan menuturkan, suplemen tetap diperlukan
untuk menopang kecukupan nutrisi. Itu lantaran kadar nutrisi spirulina
lengkap dan lebih tinggi ketimbang makanan biasa. Contoh, protein
spirulina 3 kali lebih tinggi daripada daging sapi, kalsium 6 kali
lebih tinggi ketimbang susu, dan zat besi 100 kali lebih tinggi
daripada bayam. Kandungan senyawa aktif itulah yang membantu mewujudkan
harapan kesembuhan banyak pasien.
Sumber: Majalah Trubus
Pemesanan SpirulinaNeoalgae
PIN: 53E101F8
PIN: 53E101F8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar