Kamis, 09 April 2015

Penelitian Tiga Tahun UNDIP

SEMARANG – Tim pakar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undip) melakukan pelaksanaan dan penerapan atas keilmuan pakar tentang mikroalga Spirulina. Tumbuhan mikroskopis bersel satu yang berkembang biak dengan membelah diri ini dinilai mempunyai nutrisi tinggi.
Ilmu pakar yang diterapkan bertujuan Spirulina menjadi bahan alternatif makanan. Dua dosen FPIK Undip, Widodo Farid Ma’ruf dan Tri Winarni Agustini mewakili tim pakar melakukan kunjungan ke produsen Spirulina PT Neoalgae Indonesia Makmur (NIM) di Rejosari RT 01 RW 01, Keteguhan Tawangsari, Sukoharjo, Rabu (25/3).
Perusahaan tersebut merupakan unit Usaha Kecil Menengah (UKM) hasil dari penelitian selama tiga tahun oleh Undip. Hasilnya adalah teknologi tepat guna untuk peningkatan produktivitas mikroalga Spirulina jenis plantesis.
Jenis Spirulina tersebut mengandung nutrisi tinggi seperti protein empat kali lebih tinggi dari daging sapi, zat besi 60-68 kali lebih tinggi dari bayam, klorofil tiga kali lebih tinggi dari alfalfa, kalsium lima kali lebih tinggi dari susu sapi, vitamin e tiga kalil lebih tinggi dari tunas gandum, betakaroten 26 kali lebih tinggi dari wortel, mineral kalium 10 kali lebih tinggi dari sayuran, omega-3, 6 dan 9 dua kali lebih tinggi dari minyak ikan.
Kandungannya mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan membantu proses pengeluaran racun dari dalam tubuh manusia. Selain itu, zat besi yang tinggi pada Spirulina plantesis mencapai dua kali lebih efektif dari suplemen zat besi dalam proses penyembuhan kekurangan zat besi.
Jenis Mikroalga
Pemilik PT NIM adalah alumni mahasiswa jurusan Teknik Kimia FPIK Undip angkatan 2008, Machmud Lutfi Huzain. Machmud inilah yang melakukan pengembangan atas hasil penelitian. Saat ini PTNIM telah memasarkan produknya berupa serbuk Spirulina dengan merek Neoalgae Spirulina ke berbagai daerah di Indonesia. Serbuk ini digunakan dengan cara dicampur air putih lalu diminum rutin.
’’Perlu adanya sentuhan teknologi untuk membalut Spirulina menjadi makanan,’’ kata Tri Winarni. Atas produk yang masih berupa serbuk tersebut, pihaknya melakukan pengembangan penelitian supaya Spirulina dapat digunakan sebagai bahan makanan.
Kajian dilakukan seberapa batas maksimum Spirulina untuk makanan sampai tingkat kestabilan di makanan. Dia menjelasan, produk makanan yang sudah siap berjumlah lima. Di antaranya, tablet hisap, es krim, yoghurt dan mi. ’’Produksi masih skala laboratorium. Tahun ini mencoba kami pasarkan ke masyarakat,’’ jelasnya.
Widodo Farid Ma’ruf menuturkan pemanfaatan Spirulina harus disertai program dari pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat. Pasalnya, sosialisasi mengonsumsi Spirulina sebagai makanan bergizi tinggi perlu dilakukan secara terus menerus. ’’Kalau konsumennya masyarakat menengah ke atas, mudah untuk sosialisasi.
Seperti menginformasikan satu nutrisi saja, pasti sudah dicari. Masyarakat menengah ke bawah bisa dilakukan secara penyajian seperi dicampur di jajan pasar,’’ ucap Farid. Menurutnya, budi daya Spirulina belum bisa dilakukan oleh masyarakat umum. Orang yang melakukan budi daya Spirulina harus memahami dengan benar berbagai hal tentang tumbuhan tersebut.
’’Khususnya untuk pupuknya. Jangan sampai seperti Tiongkok dan negera lain. Diproduksi massal, tetapi kandungan pupuknya beresiko tinggi terhadap manusia,’’paparnya. Sementara Machmud berharap Indonesia menjadi pemimpin dunia pada industri mikroalga. Menurutnya, Indonesia adalah surganya berbagai jenis mikroalga.
’’Indonesia merupakan negara tropis, sehingga mendapat sinar matahari sepanjang tahun, 12 jam per hari dan memiliki suhu udara yang sangat cocok untuk pertumbuhan mikroalga Spirulina sekitart 28- 30 derajat celcius. Kalau di negara lain, budi daya dilakukan di ruangan khusus dengan suhu yang diatur.
Kalau di Indonesia suhunya sudah pas,’’kata Machmud. Saat ini, perusahaan yang dipimpin Machmud telah mempunyai dua tempat budidaya Spirulina. Yakni di Dusun Sentul Sukoharjo dan Kabupaten Klaten. ’’Di Sentul kapasitas 40 ribu liter, per panen 4 kilogram. Di Klaten kapasitas 200 ribu liter, per panen 20 kilogram. Kami masih mengembangkan di satu tempat lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar