Minggu, 12 April 2015

PENJINAK RADIASI


Bencana mahadahsyat itu 20 tahun telah berlalu: ledakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl. Namun, dampaknya tak juga terkubur oleh perjalanan panjang sang waktu. Setidaknya 9 anak meninggal karena kanker thiroid akut dan 9.000 orang lainnya mengidap leukemia, anemia, serta kehilangan kekebalan tubuh. Semua itu akibat radiasi nuklir ketika PLTN meledak pada 26 April 1986 pukul 01.23.

Cuma itu? Ternyata tidak, sebab kandungan iodine tanah dan logam berat strontium 90 serta caesiun 137 terserap oleh tumbuhan, serangga, dan jamur. Efeknya mempengaruhi makanan sehari-hari penduduk setempat. Iodine, misalnya, memicu kanker thiroid seperti banyak terjadi di Belarus dan Rusia. Radias nuklir bagi mereka memang mengancam nyawa.

Secercah harapan muncul ketika L.P. Loseva and I.V. Dardynskaya, dari Research Institute of Radiation Medicine, Minsk, Belarus, melaporkan hasil riset yang melibatkan 100 anak. Konsumsi 5 gram spirulina setiap hari selama 20 hari menekan 50% kandungan radioaktif pada urine.

Menurut Belookaya T Corres dari Komite Anak-anak Belarus, spirulina menurunkan radiasi akibat konsumsi makanan terkontaminasi zat radioaktif cesiun 137 dan strontium 90. Tumbuhan bersel satu itu meningkatkan kesehatan tubuh manusia sehingga digunakan sebagai terapi bagi orang yang terkena radiasi. Riset lain melibatkan 49 anak berusia 3-7 tahun di Beryozova, Belarus. Ekstrak spirulina diberikan selama 45 hari. Para dokter menemukan sel T dan hormon pengatur tumbuh meningkat. Sebaliknya 83% radioaktif pada urine menurun.

Peneliti juga menyimpulkan pikosianin dan polisakarida meningkatkan reproduksi sumsum tulang dan kekebalan sel. Rusia mematenkan spirulina pada 1994 sebagai makanan obat penurun reaksi alergi pada pasien yang teradiasi. Paten itu berdasarkan penelitian terhadap 270 anak yang hidup di radiasi tinggi. Setelah diberi 20 tablet atau 5 gram spirulina per hari selama 1,5 bulan, sensitivitas terhadap alergi pun normal. Riset-riset itu meneguhkan spirulina sebagai panasea, obat mujarab bagi beragam penyakit. (Vina Fitriani)
(Sumber : TRUBUS Edisi 31 Agustus 2006)

DARI NONGNONG HINGGA KEBAL HERPES



Tidak ada yang memikat saat pertama kali melihat penampilan blue unique track milik Kabinawa. Lou han itu hanya dihiasi nongnong kecil. Namun perubahan besar terjadi setelah Kabinawa memberi campuran 1,5-7,5% spirulina ke dalam pakan. Tak sampai 8 minggu, nongnong blue unique tampak besar. Bahkan melebihi ukuran kepala. Dengan penampilan baru itu seorang hobiis di Jakarta langsung menawar hingga Rp30-juta.

Bagi penggemar lou han, memiliki ikan bernongnong besar sebuah kebanggaan. Nongnong besar diyakini memberi umur panjang pada pemiliknya. Wajar banyak hobiis berlomba mencari lou han bernongnong besar. Nongnong yang besar itu dapat dibuat, ujar Kabinawa. Melalui serangkaian percobaan, profesor riset dari LIPI itu menunjukkan ganggang biru-hijau itu bisa membuat nongnong lou han besar.

Menurut Kabinawa, nongnong pada lou han merupakan tempat menyimpan cadangan makanan. Di dalamnya berisi lipoprotein dan nutrisi pelengkap lain. Nongnong dapat mengecil karena cadangan makanan yang ada diserap menjadi energi. Untuk menghindari cadangan makanan itu terpakai, spirulina dapat menjadi pengganti. Spirulina mengandung nutrisi untuk menghasilkan energi, ujar Kabinawa.

Antistres

Kandungan protein dan lemak yang tinggi dalam spirulina membuat ganggang renik itu menjadi salah satu campuran pakan. Menurut penelitian Kabinawa, spirulina mengandung protein 65-70%. Itu lebih tinggi daripada telur yang hanya 12%. Nilai itu juga melampaui protein asal daging dan ikan, 15-25%. Senyawa lain yang dimiliki spirulina adalah 15-25% karbohidrat, 7-13% mineral, 8-10% serat, dan 3% air. Semua senyawa itu cukup sebagai sumber energi di tubuh.

Spirulina dengan kandungan B12-nya yang cukup tinggi mujarab meningkatkan kekebalan tubuh ikan dari gangguan penyakit. Pemakaian pada bibit dapat menekan tingkat kematian hingga 14%. Keistimewaan lain, mempercepat pertumbuhan sampai 19%. Bahkan bila 2,5% spirulina dicampurkan pada pakan, sirip ikan tumbuh 25% lebih cepat.

Stres juga dapat dihalau dengan spirulina. Itu lantaran ia mengandung antioksidan yang dapat memasok cukup oksigen terlarut di tubuh. Ikan yang stres saat pindah dari kolam dapat pulih dalam waktu singkat dengan pemberian spirulina selama 10 hari berturutturut, ujar Agnes Maria, staf ahli riset dan pengembangan akuakultur PT Central Proteinaprima di Jakarta.

Kinclong

Serangkaian keunggulan itu membuat spirulina banyak dimanfaatkan sebagai campuran pakan. Tak hanya lou han, tapi ikan hias lain seperti koi, diskus, dan maskoki. Contohnya koi. Koi tidak mempunyai pigmen penentu warna. Padahal, kecantikan koi terletak pada kecerahan warna pola tubuh. Itu dapat diatasi dengan pemberian pakan yang mengandung spirulina, ujar Agnes.

Hasil penelitian Balitbang Zoologi-LIPI Cibinong menunjukkan pakan yang mengandung 6-7% spirulina dapat mencerahkan warna bila diberikan selama 20 hari berturut-turut. Artinya bila kebutuhan pakan mencapai 100 g, maka 6 g di antaranya spirulina. Peternak koi di Blitar sudah biasa menambahkan 5-10 g/hari spirulina ke dalam pakan untuk setiap 25 koi.

Bukan tanpa sebab spirulina dapat mencerahkan warna ikan. Itu lantaran spirulina mengandung pigmen astasantin dan zeaksantin. Kedua pigmen itu yang dapat memekatkan warna terutama corak merah. Kandungan penting lain adalah betakaroten. Pigmen pendongkrak warna merah itu jumlahnya mencapai 0,14-0,19% dalam spirulina. Warna merah pada koi bisa keluar dengan betakaroten, ujar Agnes.

Hambat virus herpes

Spirulina pun memberi manfaat pada hewan lain seperti hamster dan ayam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Profesor Ernest Ross dari University of Hawaii and Warren Dominy of the Oceanic Institute di Amerika Serikat, asupan spirulina dapat meningkatkan fertilitas sampai 96,1% bila digunakan pada burung.

Di Afrika, spirulina banyak terdapat di bukit-bukit yang dihuni oleh ratusan burung flaminggo. Mereka memakan alga berbentuk spiral itu sehingga warna bulunya yang putih berubah merah jambu. Tak hanya warna putih, spirulina juga dapat mendongkrak warna kuning, merah, hijau, dan biru menjadi cerah, serta bulu terlihat lebih halus.

Para peneliti di National Cancer Institute di Amerika Serikat pernah menguji pemberian spirulina pada hamster. Hasilnya, hamster kebal terhadap herpes dan kanker. Itu lantaran kandungan sulfoglycolipid yang dimiliki spirulina. Senyawa itu bahkan diyakini dapat melawan virus AIDS yang menurunkan kekebalan tubuh.

Menurut Kabinawa, pemberian spirulina pada ayam petelur dapat memerahkan warna kuning telur. Untuk ayam pedaging, alga biru kehijauan itu membuat daging lebih kenyal sehingga setelah dimasak menjadi empuk dan gurih. Serangkaian manfaat itulah yang menjadikan spirulina pantas diberikan sebagai pakan hewan, tidak semata untuk kesehatan manusia.
(Lastioro Anmi Tambunan)

Komoditas Manfaat

  • Larva udang windu : Meningkatkan growth rate (GR), survival rate (SR) dan warna
  • Ayam petelur : Warna kuning telur menjadi pekat grade 11-12
  • Ayam pedaging : Karkas tinggi, daging empuk dan gurih, organ dalam hati dan ampela berwarna merah darah
  • Diskus marlboro red : Mencerahkan warna
  • Platy : Mencerahkan warna
  • Koi : Mencerahkan warna
  • Oscar : Mencerahkan warna
  • Lou han : Meningkatkan GR dan SR anakan, memekatkan rajah, mencerahkan warna, menstimulasi nongnong, mempercepat pematangan gonad
  • Ikan mujair, nila gift : Meningkatkan GR,SR anakan dan daging gurih
  • Bandeng : Meningkatkan GR,SR anakan dan daging gurih
  • Daphnia, moina : Meningkatkan GR,SR dan nafsu makan
  • Burung hias : Mencerahkan warna
  • Hamster : Mencegah kanker dan virus herpes


(Sumber : TRUBUS Edisi 31 Agustus 2006)

APA KATA DUNIA TENTANG SPIRULINA

  • Konferensi Pangan PBB :“Spirulina adalah makanan paling ideal untuk manusia”
  • Food and Agricultural Organization (FAO) :“Spirulina adalah makanan terbaik untuk hari esok”
  • Food & Drug Administration (FDA) USA :“Spirulina produk makanan sehat bebas efek samping”
  • International Food Exposition (IFE) Germany:“Spirulina makanan sehat alami terbaik”
  • World Health Organization (WHO) :“Spirulina sebagai produk sehat abad 21″
  • Office of the National Research Commission (USA) :“Sprirulina adalah produk alami dengan tingkat kemurnian tinnggi, tidak ada efek samping walaupun dikonsumsi terus menerus, tidak mempunyai efek toksisitas kalau dikonsumsi berlebihan (overdosis)dan mampu meningkatkan kesehatan, kebugaran dan ketahanan tubuh (imunitas)”

Wismilak Diplomat Success Challenge 2013


Bisnis.com, JAKARTA- Senyum bangga terpancar jelas dari raut wajah Machmud Luthfi Huzain. Dengan penuh semangat, diangkatnya tinggi-tinggi trophy kemenangan, seolah ingin menunjukkan bahwa dia siap menerbangkan segala mimpi dan harapannya menjadi seorang entrepreneur sukses.

Keyakinannya ketika mempertahankan ide bisnis kreatif yang diselingi gaya khas jenakanya, telah mengambil hati para juri di malam puncak Grand Final Wismilak Diplomat Success Challenge 2013 di Ballroom salah satu hotel berbintang bilangan Sudirman, Kamis malam (14/11/2013).

Lajang kelahiran, 6 Agustus 1990 yang datang dengan proposal bisnis berjudul Spirulina sebagai Suplemen Makanan ini, berhasil menyisihkan sekitar 1.500 peserta yang ikut dalam kompetisi kewirausahaan yang diselenggarakan Wismilak Group.

Ide bisnis yang disajikannya memang terbilang baru di Indonesia yakni mengolah microalgae spirulina menjadi suplemen makanan. Microalgae spirulina merupakan tumbuhan bersel satu yang hidup di air, berbentuk kumparan spiral, berpigmen hijau-biru, dan berkembang biak dengan membelah diri.

Sudah sejak dulu spirulina dikenal sebagai sumber nutrisi nabati terlengkap, karena mengandung sekitar 60% hingga 70% protein. Selain itu juga memiliki multivitamin lengkap, mineral, antioksidan tinggi dan bersenyawa aktif sehingga sangat baik dijadikan sebagai makanan fungsional yang bersifat alami.

Pangsa pasarnya pun sangat tinggi seiring dengan semakin besarnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup dan makanan sehat yang memiliki multivitamin tinggi. Sebagai bahan dasar, spirulina juga sangat dibutuhkan untuk produksi berbagai obat-obatan herbal.

“Dengan mencampurkan spirulina, makanan dan minuman akan memiliki nutrisi yang tinggi. Di luar negeri, microalgae spirulina ini digunakan sebagai konsumsi dan suplemen para astronot sehingga mereka tidak perlu membawa makanan lagi,” ujarnya.

Sayangnya, selama ini spirulina lebih banyak diimpor dari luar negeri terutama China. Di Indonesia, baru ada sekitar empat pelaku usaha sejenis, salah satunya Machmud yang membangun usaha di bawah bendera CV Neoalgae Technology.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini memang memiliki motivasi tinggi ketika mengikuti kompetisi tersebut. Sebab, dia membutuhkan tambahan modal usaha sebesar Rp500 juta untuk memperluas lahan guna meningkatkan kapasitas produksi hingga 500 kg per bulan, yang saat ini hanya sekitar 30 kg per bulan.

“Permintaan sangat besar. Saat ini saja, sudah ada yang menunggu, dan bila saya memproduksi 780 kg per bulan sudah pasti akan terserap. Sekarang, saya hanya bisa menghasilkan 30 kg per bulan.

Setidaknya, untuk tahap awal saya membutuhkan Rp500 juta untuk membuka lahan dari 160 meter menjadi 3000 meter sehingga produksi bisa meningkat menjadi 500 kg. Dan ini bisa saya dapatkan dari kompetisi ini,” tuturnya penuh semangat.

Memulai usahanya sejak awal 2013, alumnus Universitas Diponegoro angkatan 2008 ini merogoh kocek sebesar Rp30 juta untuk membuat kolam budidaya microalgae spirulina serta berbagai perlengkapan produksi.

Dua bulan usaha, Machmud sempat mengalami kegagalan. Namun, hal tersebut tidak menghambat langkahnya. Kecintaannya terhadap duniamicrobiology dan produk herbal membuatnya terus melakukan perbaikan dan inovasi sehingga tercipta formulasi yang tepat.

“Membudidayakan alga langsung di lapangan tidak semudah ketika di laboratorium, karena banyaknya kontaminasi alga lokal sehingga harus memahami sifat-sifatnya agar alga yang tidak diperlukan bisa mati.”

Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengakui sejak duduk di bangku sekolah dia sudah berkecimpung dalam bisnis MLM obat-obatan herbal, dan mengetahui bahwa spirulina merupakan bahan utama produk tersebut.

Di sisi lain, ketika mengenyam pendidikan di Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Machmud pun sangat jatuh cinta dengan ilmumicroorganism. Dia rajin melakukan penelitian dan uji coba selama kurun waktu 3 tahun sejak kuliah sehingga ditemukanlah formulasi yang tepat.

Produknya pun kini telah mendapatkan certificate of analyze, izin depkes, dan sertifikasi halal sehingga lebih memudahkannya untuk memasarkan kepada para pelaku usaha di Indonesia. Karena sudah lama berkecimpung dalam MLM obat-obatan herbal, dia pun mencoba memasarkannya kepada para pelaku UKM yang memproduksi herbal.

“Produk saya punya kelebihan sertifikat halal dari pada yang diimpor sehingga ini menjadi kelebihan. Saya juga rajin memberikan edukasi dan penjelasan kepada masyarakat,” ujar pria kelahiran Sukoharjo.

Dengan kapasitas yang masih sekitar 30 kg per bulan, saat ini Machmud baru bisa memenuhi kebutuhan dua pelanggan. Dia menjual dalam bentuk kemasan 1 kg seharga Rp500.000 per kg, harga tersebut memang lebih mahal dari produk buatan China Rp300.000.

Namun, dengan komposisi 100% alami, dan bersertifikat halal, produknya pun mulai dilirik pasar. Apalagi, bila dibandingkan dengan produk buata Amerika yang dibanderol sekitar 60 euro dan 75 euro per kg, dia melihat produk ini potensial untuk diekspor. Apalagi di Indonesia yang beriklim tropis, pembudidayaan spirulina bisa dilakukan sepanjang tahun.

“Bisnis ini sangat potensial dan menguntungkan. Setidaknya, dengan omzet Rp15 juta, saya bisa dapat keuntungan 75%. Jika kapasitas produksi lebih besar, keuntungannya pun bisa lebih tinggi lagi,” tuturnya.

Sementara itu, Mansur peserta asal Jakarta yang menjadi runner up dengan proposal dengan judul Peningkatan Kandungan Lokal pada Industri Alat Berat ini memiliki cerita berbeda. Mansur yang masih bekerja di perusahaan Jepang yang memproduksi alat-alat berat ini sebagai manufacturing engineering staff ini, memiliki ide mendirikan perusahaan manufaktur yang menggunakan sumber daya dalam negeri.

Ide ini muncul ketika dia melakukan analisas struktur biaya pembuatan salah satu model unit excavator. “Betapa terkejutnya saya karena 70% dari total biaya yang dibutuhkan adalah untuk membeli komponen impor, sedangkan komponen lokal hanya 26% selebihnya biaya produksi.”

Untuk mengembangkan ide bisnisnya, dia akan menggandeng pihak ketiga dengan memanfaatkan kapasitas produksi. Setidaknya untuk tahap awal, akan diproduksi 10 item yang dinilai memiliki profit margin tinggi.

“Industri manufaktur butuh modal yang tidak sedikit, mesin mahal, dan resiko besar, sehingga harus berhati-hati, dan untuk awal-awal perlu menggandeng pihak ketiga. Karena saya sudah lama di industri manufaktur, jadi saya sudah tahu pasarnya.’

Selain Mansur, juara runner up juga disabet oleh Priyandaru Agung Eko Trapsilo, challenger asal Malang yang menawarkan ide bisnis berjudul Pelet Aquative. Daru mencoba memanfaatkan limbah pasar untuk membuat pakan ikan berkualitas dengan nilai gizi yang bersaing dengan pangan komersil.

Melalui produk tersebut, para petani ikan dapat menekan biaya produksi hingga 60% sehingga biaya pakan ternak tidak lagi memberatkan para petani ikan. Kedua runner up tersebut berhak mendapatkan modal usaha masing-masing senilai Rp200 juta.

Pada penyelenggaran DSC 2013 ini, selain tiga juara, tiga grand finalis lainnya juga akan mendapatkan modal usaha masing-masing Rp20 juta. Ketiganya antara lain, Roni Aulia Hasibuan dari Padang dengan judul proposal Peningkatan Nilai Tambah Gambier Hitam sebagai Komoditas Ekspor.

Reny Sukmasari, asal Jogja yang menghadirkan proposal berjudul Coklat Joyo, Oleh-oleh dari Jogja; dan seorang TKW yang bekerja di Singapura yakni Diah Lestari dengan proposal berjudul Savour French Crepes.

Sumber : Bisnis.com

GANGGANG BIRU - HIJAU VS KANKER NASOFARING



Sepulang berkemah di kawasan Puncak, Cianjur, Tono-nama samaran-didera nyeri kepala berkepanjangan. Beberapa butir obat penghilang pusing ditelan, tapi nyeri itu seolah ajek. Kejadian 4 tahun silam itu diikuti munculnya benjolan sebesar telur puyuh di leher. Lita-sang ibunda-yang takut terjadi sesuatu segera membawanya ke Rumah Sakit Pluit di Jakarta Utara. Di sana dokter memvonis anak saya kena kanker nasofaring, tutur Lita.

Kabar mengejutkan itu sontak membuat semua persendian Lita terasa lemas. Ia benar-benar tak menduga anak sulungnya didera kanker. Ketika itu saya hanya bisa diam dan menangis. Saya merasa kasihan, ujar Lita. Saat palu vonis itu diketuk, Tono baru saja merayakan kelulusannya dari Sekolah Menengah Pertama. Ia memang mengisi waktu liburan dengan berkemah sambil menunggu pengumuman penerimaan dari sebuah Sekolah Menengah Atas di kawasan Jakarta Barat.

Benjolan itu tidak sengaja didapati. Rambut Tono yang panjang sebahu membuat benjolan itu tertutup. Herannya dia sendiri tidak merasa ada benjolan itu, ujar Lita. Maklum dengan bobot sekitar 80 kg, leher Tono tampak penuh lipatan kulit. Benjolan itu tampak setelah sang ayah mencukur rambutnya. Lo kok ini ada benjolan, ujar sang ayah seperti dituturkan Lita.

Saran dokter untuk melakukan biopsi-pemeriksaan jaringan hidup-membuat Lita ketakutan. Saya sering dengar biopsi menyebabkan kanker menyebar dan lebih ganas, ujarnya. Merasa tak puas, kelahiran Bangka-Belitung 45 tahun lalu itu mengecek Tono ke RS PGI Cikini di Jakarta Pusat. Kesimpulan sementara sama, perlu dilakukan biopsi.

Melalui bantuan kerabat dekat, Lita pun mengunjungi dokter spesialis kanker di bilangan Rawamangun. Setelah di CT Scan, dokter hanya bilang anak saya memang terkena kanker nasofaring stadium 1, ujarnya. Lita pun kembali dirujuk melakukan biopsi di RS Kanker Dharmais di Jakarta Barat.

Pengobatan alternatif

Pilihan biopsi sangat tidak diinginkan Lita. Setelah berembug bersama suami, Lita mencoba mencari pengobatan alternatif. Saya mendengar ada yang bisa menyembuhkan dengan pijitan di Sukabumi, ujar Lita. Tanpa pikir panjang, ia pun membawa Tono yang masih bisa beraktivitas normal ke sana. Sebulan pengobatan berjalan, hasilnya nihil. Benjolan itu malah tampak sedikit membesar.

Sebagai gantinya pengobatan herbal dipilih. Seorang pengobat di Kelapagading, Jakarta Utara, dikunjungi. Menurut sang pengobat, Tono harus meminum berbagai ramuan herbal. Salah satu di antaranya benalu teh. Sebungkus benalu itu dicuci bersh lalu direbus dalam 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa segelas. Setelah dingin, air rebusan disaring untuk diminum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Setelah 2 minggu mengkonsumsi belum ada perubahan, malah batuk darah dan mimisan, ujar Lita.

Tak kunjung membaik, dokter spesialis kanker di Rawamangun didatangi kembali. Kini apa pun yang disarankan dokter itu diterima. Dokter menyuruh ke Dharmais untuk menjalani terapi pengobatan, ujar Lita. Di sana Tono mesti menjalani kombinasi pengobatan dengan penyinaran dan kemoterapi. Katanya perlu 32 kali penyinaran sampai sembuh, ujar Lita.

Perubahan terjadi saat menjalani penyinaran ke-15. Tiba-tiba Tono didera rasa sakit yang amat sangat di pinggang. Tak tega melihat kondisi itu, Lita pun meminta dokter memberi obat penghilang rasa sakit. Obat itu diberikan lewat mulut dan dubur. Ia hanya efektif selama 12 jam setiap kali pemberian, tutur Lita.

Rasa sakit Tono membuat dokter curiga. Lita pun disarankan memeriksa Tono kembali. Hasilnya memang mengejutkan. Kanker itu sudah menyebar sampai pinggang. Dokter memutuskan Tono perlu menjalani 14 kali penyinaran lagi di bagian pinggang.

Saat itu kondisi Tono sudah jauh menurun. Bobotnya menyusut 30 kg, kulitnya kusam, dan rambutnya rontok. Air ludahnya kering, wajahnya menghitam, gusinya pecah-pecah sampai keluar darah, dan semua kaki tangannya bengkak, kata Lita.

Minum spirulina

Ketakutan kanker itu menyebar terbukti. Tak hanya di pinggang, tulang ekor pun kini digerogoti kanker. Tono mesti menjalani 17 kali penyinaran lagi. Dokter yang menanganinya mewanti-wanti agar kakak Lita tidak menginformasikan soal harapan umur penderita kanker. Dokter menyebutkan dengan kondisi itu usia Tono diperkirakan tidak sampai 3 bulan lagi, ujar Lita meniru ucapan sang kakak. Sambil terus menjalani terapi penyinaran, Lita meminta izin agar Tono diperbolehkan pulang. Saat itu Lita mengaku pasrah. Saran sepupunya untuk membawa Tono berobat ke Singapura ditolak secara halus. Biarlah saya merawatnya semampu saya, ujar Lita yang saat itu hanya bisa memberi asupan susu formula pada Tono.

Menjelang Natal pada 2002, teman dekat suami memintanya mencoba memberi spirulina. Siapa tahu bisa membuat badan anakmu sedikit kuat, tutur teman itu memberi beberapa sachet spirulina. Kebetulan pula spirulina cair itu berasa stroberi. Anak saya paling suka rasa stroberi jadi agak gampang memberinya, ujar Lita.

Spirulina itu diberikan rutin 3 kali sehari. Awalnya tubuh Tono seakan menolak. Saat diminum, tak lama cairan itu dimuntahkan lagi. Namun setelah mencoba 3 kali, tubuh Tono pun bisa menerima. Dua minggu mengkonsumsi tanda-tanda perubahan mulai terlihat. Kulitnya mulai kelihatan segar. Nafsu makannya timbul lagi, ujar Lita. Hampir 4 bulan rajin mengkonsumsi, kondisi Tono berangsur-angsur membaik. Wajahnya yang tadinya hitam mulai memutih kembali. Yang menggembirakan Lita, Tono sudah bisa berjalan normal meski agak tertatih-tatih. Kakinya masih sedikit bengkak, ujar Lita.

Setahun berlalu, Tono sudah tampak segar bugar. Bobotnya kembali normal seperti sediakala. Ia masih merasa cepat lelah saja, ujar Lita yang hingga kini terus mewajibkan Tono meminum 1 sachet spirulina setiap hari. Sekolahnya dulu sempat berhenti selama setahun sudah diteruskan kembali. Kalau lihat dia sekarang, saya kadang menangis karena tidak menyangka dia bisa membaik, tutur Lita.

Terbanyak ke-4

Merujuk data National Cancer Institute di Amerika Serikat, kanker nasofaring banyak terjadi pada ras Mongoloid yang tersebar di negara-negara Asia seperti Cina, Hongkong, Malaysia, Singapura, bahkan Indonesia. Kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung hingga menyebar ke kelenjar leher dan otak itu bisa diturunkan secara genetis.

Menurut Profesor Dr Karmel L Tambunan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kanker nasofaring kini menjadi salah satu kanker yang banyak penderitanya di tanahair. Penyebabnya diduga virus epstein barr. Virus itu juga ditemukan pada penyakit lain seperti herpes, ujar spesialis darah yang juga mendalami kanker itu. Salah satu pemicunya adalah makanan yang diawetkan dengan garam atau diasapkan.

Dalam paparan mengenai penyakit-penyakit kanker, Dr Gustav Quade dari Institute of Medical Biometry, Informatic and Epidemiology Universitat Bonn di Jerman menyebutkan pada stadium awal serangan kanker nasofaring tidak memberi gejala khas. Yang sering tampak hanya telinga berdenging, hidung mimisan atau tersumbat seperti pilek terusmenerus di salah satu sisi. Bila semakin parah, di leher, misalnya, akan tampak pembesaran getah bening yang terlihat seperti benjolan yang dialami Tono.

Satu-satunya pengobatan kanker yang bisa dilakukan dengan menjalani radioterapi dan kemoterapi, ujar Karmel. Pengobatan yang dilakukan pada Tono itu menurut Karmel sudah tepat. Meski demikian ia belum bisa menduga peran spirulina yang membuat kondisi Tono membaik. Mungkin membantu memperbaiki daya tahan tubuh saja, ujarnya. (Dian Adijaya S)
(Sumber : TRUBUS edisi Kamis 31 Agustus 2006

Sejarah NeoAlgae Indonesia

Sejarah dibentuknya Neoalgae berangkat dari keresahan membanjirnya produk impor Spirulina yang memiliki berbagai macam kualitas yang tidak jelas namun kebutuhan akan suplemen dalam negeri cenderung besar. Selama ini produk Spirulina yang beredar di pasaran cenderung berbau amis dengan kadar phycocyanin rendah, dan kadar garam yang tinggi.
Berangkat dari latar belakang tersebut, maka pada Juli 2012, tim dari Neoalgae mulai menjalin kerja sama dengan pusat riset C-BIORE (center of biomass and renewable energy) UNDIP untuk intensif melakukan riset tentang Spirulina platensis yang dapat dikembangkan dalam air yang memiliki kadar garam rendah dan sesuai kondisi lingkungan yang jauh dari laut atau danau.
Pada akhir tahun 2012, Neoalgae telah berhasil membuat mini plant Spirulina platensis dengan luas lahan sebesar 400 meter persegi, kapasitas 30-40kg/bulan berat kering. Neoalgae Spirulina memiliki ciri khas produk berprotein dan berphycocyanin tinggi, dengan kadar garam dan logam berat yang rendah. Sambutan pasar mengenai produk awal Neoalgae Spirulina cenderung positif sehingga di tahun 2014, Neoalgae mulai melakukan ekspansi lahan sebesar 5000 meter persegi dengan kapasitas awal sebesar 200-400kg/bulan, dan akan terus berkembang sesuai kebutuhan pasar.
Neoalgae Spirulina peduli dengan kesehatan bangsa Indonesia, karena Neoalgae yakin bahwa kemajuan suatu bangsa juga dipengaruhi oleh kualitas SDM yang sehat dan cerdas. Oleh karena itu, produk Neoalgae Spirulina akan terus berkembang guna mendukung kesejahteraan rakyat lewat berbagai produk yang berfokus pada pangan seperti pangan fungsional dan pangan suplemen dengan orientasi produk herbal yang ramah lingkungan dan kembali ke alam (back to nature).

Kamis, 09 April 2015

Penelitian Tiga Tahun UNDIP

SEMARANG – Tim pakar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undip) melakukan pelaksanaan dan penerapan atas keilmuan pakar tentang mikroalga Spirulina. Tumbuhan mikroskopis bersel satu yang berkembang biak dengan membelah diri ini dinilai mempunyai nutrisi tinggi.
Ilmu pakar yang diterapkan bertujuan Spirulina menjadi bahan alternatif makanan. Dua dosen FPIK Undip, Widodo Farid Ma’ruf dan Tri Winarni Agustini mewakili tim pakar melakukan kunjungan ke produsen Spirulina PT Neoalgae Indonesia Makmur (NIM) di Rejosari RT 01 RW 01, Keteguhan Tawangsari, Sukoharjo, Rabu (25/3).
Perusahaan tersebut merupakan unit Usaha Kecil Menengah (UKM) hasil dari penelitian selama tiga tahun oleh Undip. Hasilnya adalah teknologi tepat guna untuk peningkatan produktivitas mikroalga Spirulina jenis plantesis.
Jenis Spirulina tersebut mengandung nutrisi tinggi seperti protein empat kali lebih tinggi dari daging sapi, zat besi 60-68 kali lebih tinggi dari bayam, klorofil tiga kali lebih tinggi dari alfalfa, kalsium lima kali lebih tinggi dari susu sapi, vitamin e tiga kalil lebih tinggi dari tunas gandum, betakaroten 26 kali lebih tinggi dari wortel, mineral kalium 10 kali lebih tinggi dari sayuran, omega-3, 6 dan 9 dua kali lebih tinggi dari minyak ikan.
Kandungannya mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan membantu proses pengeluaran racun dari dalam tubuh manusia. Selain itu, zat besi yang tinggi pada Spirulina plantesis mencapai dua kali lebih efektif dari suplemen zat besi dalam proses penyembuhan kekurangan zat besi.
Jenis Mikroalga
Pemilik PT NIM adalah alumni mahasiswa jurusan Teknik Kimia FPIK Undip angkatan 2008, Machmud Lutfi Huzain. Machmud inilah yang melakukan pengembangan atas hasil penelitian. Saat ini PTNIM telah memasarkan produknya berupa serbuk Spirulina dengan merek Neoalgae Spirulina ke berbagai daerah di Indonesia. Serbuk ini digunakan dengan cara dicampur air putih lalu diminum rutin.
’’Perlu adanya sentuhan teknologi untuk membalut Spirulina menjadi makanan,’’ kata Tri Winarni. Atas produk yang masih berupa serbuk tersebut, pihaknya melakukan pengembangan penelitian supaya Spirulina dapat digunakan sebagai bahan makanan.
Kajian dilakukan seberapa batas maksimum Spirulina untuk makanan sampai tingkat kestabilan di makanan. Dia menjelasan, produk makanan yang sudah siap berjumlah lima. Di antaranya, tablet hisap, es krim, yoghurt dan mi. ’’Produksi masih skala laboratorium. Tahun ini mencoba kami pasarkan ke masyarakat,’’ jelasnya.
Widodo Farid Ma’ruf menuturkan pemanfaatan Spirulina harus disertai program dari pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat. Pasalnya, sosialisasi mengonsumsi Spirulina sebagai makanan bergizi tinggi perlu dilakukan secara terus menerus. ’’Kalau konsumennya masyarakat menengah ke atas, mudah untuk sosialisasi.
Seperti menginformasikan satu nutrisi saja, pasti sudah dicari. Masyarakat menengah ke bawah bisa dilakukan secara penyajian seperi dicampur di jajan pasar,’’ ucap Farid. Menurutnya, budi daya Spirulina belum bisa dilakukan oleh masyarakat umum. Orang yang melakukan budi daya Spirulina harus memahami dengan benar berbagai hal tentang tumbuhan tersebut.
’’Khususnya untuk pupuknya. Jangan sampai seperti Tiongkok dan negera lain. Diproduksi massal, tetapi kandungan pupuknya beresiko tinggi terhadap manusia,’’paparnya. Sementara Machmud berharap Indonesia menjadi pemimpin dunia pada industri mikroalga. Menurutnya, Indonesia adalah surganya berbagai jenis mikroalga.
’’Indonesia merupakan negara tropis, sehingga mendapat sinar matahari sepanjang tahun, 12 jam per hari dan memiliki suhu udara yang sangat cocok untuk pertumbuhan mikroalga Spirulina sekitart 28- 30 derajat celcius. Kalau di negara lain, budi daya dilakukan di ruangan khusus dengan suhu yang diatur.
Kalau di Indonesia suhunya sudah pas,’’kata Machmud. Saat ini, perusahaan yang dipimpin Machmud telah mempunyai dua tempat budidaya Spirulina. Yakni di Dusun Sentul Sukoharjo dan Kabupaten Klaten. ’’Di Sentul kapasitas 40 ribu liter, per panen 4 kilogram. Di Klaten kapasitas 200 ribu liter, per panen 20 kilogram. Kami masih mengembangkan di satu tempat lagi

Alumni UNDIP Kembangkan Mikro Alga


Berawal dari proposal penelitian ilmiah, Machmud Lutfi Huzain berhasil menjadi juara pertama Diplomat Success Challenge tahun 2013.
Dia mendapatkan modal Rp 500 juta untuk kemudian membuka bisnisnya untuk membudidayakan mikro alga atau plankton berjudul Spirulina.
Machmud kemudian membuat kolam untuk membudidayakan mikro alga di daerah asalnya di Tawangsari, Sukoharjo.
Bahkan kini dirinya juga telah memiliki kolam yang lebih besar di Klaten sehingga setiap bulannya mampu memproduksi 600 kilogram Spirulina kering tiap bulannya.
"Jadi Spirulina ini serbuk untuk diminum yang banyak mengandung nutrisi. Sebagian produksi juga kami buat untuk masker," ujar Machmud, Rabu (25/3/2015).
Tidak hanya sebagai serbuk untuk diminum, tetapi dia juga menjadikan Spirulina ciptaannya ini menjadi campuran saat membuat kue atau mie.